Sunday, 28 February 2010

The Ugly Truth: Manusia Punya Kerja

Black In News,

Percaya tau tidak, alam hanya sedikit berperan merusak hutan Borneo.

Manusia menjadi faktor utama melalui berbagai tindakan.

Pertama, maraknya illegal logging

Pasca 1998 kerusakan hutan di Kalbar tetap terjadi. Salah satu penyebabnya adalah masih berlangsungnya pembalakan liar (illegal loging). Berdasarkan laporan resmi Polda Kalimantan Barat pada tahun 2004, terdapat 181 kasus illegal logging yang ditemukan selama dilakukannya operasi penertiban di beberapa kabupaten di Kalimantan Barat.

Menurut data Konsorsium Anti Illegal Loging, dalam setahun diperkirakan 600 ribu – 1,2 juta meter kubik log diproduksi dan 70% diselundupkan ke Sarawak, Malaysia. Sisanya untuk kebutuhan domestik masing-masing daerah.

Kedua, konversi hutan menjadi lahan perkebunan

Pembukaan kawasan hutan untuk perkebunan dimulai tahun 1990-an, terutama sejak pembukaan perkebunan sawit besar-besaran pada 1997. Kewenangan pembukaan lahan sawit ada pada bupati. Ijin-ijin perkebunan sawit begitu mudah karena akan meningkatkan pendapatan daerah, namun sayang sering tidak mengindahkan aspek lingkungan.

Hasil studi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Barat, Institut Dayakologi, dan Sawit Watch di enam Kabupaten di Kalbar baru-baru ini menunjukkan, pembangunan perkebunan kelapa sawit dari dekade 1980-an, 1990-an, hingga 2000-an sejumlah 229 perusahaan telah mengantongi ijin usaha perkebunan kelapa sawit, dengan total luas areal 3,57 juta hektar. Namun realisasi penanaman baru 318.56 hektar.

Luasan tersebut ternyata menimbulkan kerusakan lingkungan dan konflik sosial yang belum dapat diselesaikan secara tuntas sampai saat ini.

Ketiga, kebakaran hutan

Dalam kurun waktu 10 tahun ini kebakaran hutan kerap terjadi di Borneo, terutama pada musim kemarau. Ribuan hektar hutan dan lahan ludes terbakar setiap tahunnya.

Hutan Indonesia sebenarnya masuk dalam kategori hutan hujan basah yang sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kebakaran karena faktor alam.

Yang menarik, kawasan yang terbakar adalah kawasan yang telah dibersihkan melalui proses land clearing untuk kawasan perkebunan.

Data yang dimiliki oleh Walhi menunjukkan pembakaran hutan disengaja khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan oleh perusahaan dan proyek lahan sejuta hektar.

Keempat, aktivitas penambangan liar

Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) adalah masalah besar bagi hutan Borneo. Lokasi penambangan yang dipilih antara lain sungai dan kawasan hutan.

PETI berdaya rusak yang cukup parah. Di beberapa tempat, kawasan hutan rusak berat akibat PETI. Contohnya di Cagar Alam Mandor, di mana PETI telah merusak 1000 hektar dari 3000 hektar luasannya.

PETI juga menghancurkan sebagian Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Para penambang bebas beraktivitas tanpa terkendali. Lubang-lubang PETI di sana sekarang sulit direklamasi.

Dampak penambangan ini mengubah morfologi dan tata guna tanah, tanah subur hilang, vegetasi dibabat sehingga daerah gundul, termasuk rusaknya flora dan fauna.

Peraturan sudah dibuat untuk semua tindakan ilegal. Tapi ternyata perubahan belum juga terlihat. Setiap menit, kita kehilangan ribuan hektar hutan Borneo.

Black Note: Hmm…speechless lihat banyak angka.

Foto:

Tribun Pontianak

No comments:

Post a Comment