Imlek di berbagai kota dan negara bukan lagi tahun baru sebuah kelompok minoritas. Di London, Sydney, dan Indonesia, perayaan ini menjadi komoditas wisata.
Di negara tersebut, Imlek dimeriahkan dengan parade. Segala bentuk kebudayaan Cina seperti barongsai, naga, dan lainnya ditampilkan di sepanjang jalan yang telah disiapkan.
Di Cina sebenarnya tidak ada budaya parade untuk merayakan tahun baru. Seringkali berbagai pagelaran dilakukan dalam tempat ibadah, seperti kelenteng.
Budaya parade adalah bentuk akulturasi atau perkawinan budaya barat dan Cina. Pada tahun 1849, dimulai California Gold Rush yaitu penemuan tambang emas di California. Lebih dari 50,000 orang datang ke San Fransisco berharap mendapat kesempatan hidup lebih baik.
Beberapa dari para imigran itu adalah orang Cina, yang tidak hanya datang untuk emas tapi juga sebagai buruh pembangunan rel kereta api. Pada tahun 1860, orang Cina ingin membaur dengan komunitas lain. Mereka mempertunjukkan budaya mereka yang asing dengan berparade, sebuah tradisi yang sangat disenangi di Amerika.
Pada saat itu, mereka mengundang berbagai bangsa di kota tersebut untuk berpartisipasi. Bersama-sama, parade itu bergerak dari jalan yang sekarang disebut Grant Avenue hingga Kearny Street. Bendera warna-warni, spanduk, lampion, drum, dan mercon mewarnai parade Imlek di San Fransisco.
Parade ini masih berlangsung hingga sekarang. Tradisi ini bahkan diadakan tiap tahun di kota yang memiliki penduduk Cina dalam jumlah cukup besar. Misalnya di San Francisco, Los Angeles, New York, Wellington dan Vancouver.
Kota seperti Butte dan Montana juga baru-baru ini menyelenggarakan parade saat Imlek. Meski kecil, kota tersebut memiliki keterkaitan sejarah dengan imigrasi Cina.
Sydney disebut sebagai Penyelenggara Perayaan Imlek terbesar di luar Asia. Lebih dari 600,000 orang menghadiri perayaan di Chinatown pada tahun 2009. Perayaan bisa berlangsung hingga tiga minggu lebih. Agendanya antara lain pembukaan yang biasanya diisi parade, bazar pernak-pernik dan makanan, opera Cina, lomba dayung perahu naga, film festival, dan berbagai parade lain. Festival ini menarik perhatian miliaran turis dan berbagai media internasional.
Di Indonesia, Kalimantan Barat terkenal dengan atraksi unik saat Imlek dan Cap Go Meh. Perayaan berpusat di Singkawang dan Pontianak.
Selain naga dan barongsai, ada pertunjukan tatung. Atraksi debus asal Cina ini sudah tidak lagi ditampilkan di negara tersebut. Tapi di Singkawang, perayaan tolak bala ini berlangsung setiap Imlek.
Yang unik, untuk menjadi Tatung, seseorang tidak harus berasal dari suku Tionghoa. Ia bisa berasal dari berbagai agama dan suku. Misalnya di Singkawang, suku Melayu dan Dayak tampil dengan gagah sebagai Tatung. Mereka bisa mendapatkan kemampuan ini bukan melalui latihan. Namun seringkali karena dilahirkan di lingkungan para Tatung, ‘panggilan’, atau ‘dipilih’ sejak awal.
Sebagian besar Tatung mengaku saat dirasuki mereka bisa lancar bahasa Cina Kuno dan tahu nama bermacam-macam dewa. Mereka kemudian dibawa ke Lauya, dukun Tionghoa, untuk dipastikan bisa menjadi Tatung dan ditentukan kostum apa yang dipakai saat ritual.
Saat ritual dan dirasuki roh yang diyakini dewa, Tatung menjadi kebal terhadap senjata. Roh tersebut sengaja dipanggil melalui serangkaian ritual yang digelar sejak beberapa hari sebelumnya. Selama tiga hari berturut-turut, mereka juga tidak boleh mengonsumsi daging atau makanan yang mengandung darah.
Ada 552 Tatung di Singkawang. Tidak ada yang menjadi kaya meskipun memiliki pekerjaan tetap. Setiap Tatung memiliki mahkota yang mereka buat sendiri. Untuk membuat mahkota ini perlu Rp 15-20 juta dan alat-alat yang berasal dari Cina.
Black Note: Buseeet! Hard-core...
Referensi:
afriadihikmal.multiply.com
Antara (foto)
Lintas Berita
Media indonesia
No comments:
Post a Comment